Misteri penculikan dan kematian bayi Lindbergh, salah satu kasus kriminal heboh di abad ke-20, bisa jadi akhirnya terpecahkan, nyaris satu abad setelahnya.

Ringkasan:
- Tes DNA modern berhasil mengungkap identitas dua korban pembunuhan lama yang ditemukan 14 tahun terpisah.
- Teknologi yang sama kini ingin digunakan untuk memeriksa bukti tua dari kasus bayi Lindbergh tahun 1932.
- Gugatan diajukan agar bukti seperti amplop berisi surat tebusan bisa diuji DNA-nya dari lem dan perangko.
DALAM dunia forensik, ketika teknologi modern bisa membuka kasus dingin (cold case), selalu muncul pertanyaan: “Bagaimana kalau alat-alat canggih ini sudah ada dari dulu?”
Kasus penculikan bayi Charles Lindbergh pada tahun 1932—yang dijuluki “Kejahatan Abad Ini”—adalah salah satu yang selalu dibayangkan ulang oleh sejarawan dan penggemar kisah kriminal.
Waktu itu, bayi Lindbergh diculik dari rumah keluarga di New Jersey dan ditemukan tewas beberapa minggu kemudian.
Seorang imigran Jerman bernama Bruno Hauptmann akhirnya dihukum mati pada 1935 setelah dinyatakan bersalah atas penculikan dan pembunuhan.
Tapi sejak dulu, banyak yang meragukan kesimpulan kasus ini—apakah Hauptmann benar-benar bersalah? Atau, kalaupun iya, mungkinkah dia tidak bekerja sendirian?
Kini, tiga orang peneliti dan akademisi menggugat agar bukti dari kasus Lindbergh bisa diuji ulang dengan teknologi DNA masa kini, yang sebelumnya sukses dipakai untuk mengidentifikasi tubuh dua korban pembunuhan berantai di Long Island.
Tubuh seorang wanita yang dikenal sebagai “Peaches” karena tato buah persik di tubuhnya akhirnya diidentifikasi sebagai Tanya Jackson. Tubuh seorang anak kecil yang ditemukan 20 mil jauhnya ternyata adalah anak Tanya, Tatiana Dykes.
DNA mereka berhasil diambil meski kondisi jasad sudah membusuk parah, membuka kemungkinan baru untuk menggunakan teknik serupa dalam kasus Lindbergh.
Fokus utama gugatan adalah mengakses beberapa amplop berisi surat tebusan asli dari tahun 1932—harapannya, DNA bisa diambil dari lem dan perangko yang menempel di sana.
Menurut pengacara penggugat, Kurt Perhach, ini bukan sekadar spekulasi. Sudah ada bukti ilmiah bahwa DNA bisa diekstrak dari amplop abad ke-19.
Dengan kemajuan tes genetik dan genealogis hari ini, kita bahkan bisa melacak kerabat jauh dari pelaku—bahkan kalau mereka sudah lama meninggal.
Colleen Fitzpatrick, ahli genealogis forensik yang memberi pernyataan untuk gugatan, menyebut bahwa baru belakangan ini teknologi DNA cukup canggih untuk menguji benda-benda lama seperti ini secara efektif.
“Kalau berhasil,” katanya, “kita bisa punya petunjuk definitif untuk menjawab misteri yang menggantung hampir satu abad.”
Meskipun belum tentu bisa membalikkan vonis terhadap Hauptmann (yang sudah dieksekusi hampir 90 tahun lalu), tes ini bisa menjawab pertanyaan penting:
Apakah dia bertindak sendiri? Atau ada komplotan yang belum terungkap, bahkan mungkin melibatkan orang dekat keluarga Lindbergh?
Jika bukti DNA dari amplop itu bisa bicara, bukan tak mungkin sejarah harus menulis ulang satu dari kisah kriminal paling terkenal dalam sejarah Amerika.***
Sumber: Popular Mechanics - A New DNA Test Could Potentially Solve the Lindbergh Baby Mystery After 93 Years
Posting Komentar