Bayangkan dua planet gas raksasa saling bertabrakan di angkasa—tidak hanya menimbulkan kekacauan kosmik, tapi juga menghasilkan getaran seismik dahsyat yang bisa bertahan selama jutaan tahun.
Gambaran artistik menunjukkan dua planet berbatu saling bertabrakan. Gambar Ilustrasi: NASA/SOFIA/Lynette Cook
Ringkasan:
- Tabrakan antarplanet raksasa bisa menghasilkan gelombang seismik jangka panjang yang memengaruhi cahaya planet.
- Teleskop JWST bisa mendeteksi getaran tersebut lewat perubahan cahaya inframerah.
- Penelitian fokus pada planet muda Beta Pictoris b, yang diduga mengalami tabrakan besar di masa lalu.
PENELITIAN terbaru menunjukkan, jika kita cukup jeli, getaran dari tabrakan dua planet bisa terdeteksi lewat teleskop luar angkasa seperti James Webb (JWST).
Kita hanya perlu melihat wajah Bulan yang bopeng untuk menyadari betapa brutalnya masa muda Tata Surya. Permukaannya penuh bekas tabrakan.
Begitulah kehidupan di sistem bintang muda—penuh benda langit beterbangan dan saling hantam.
Fenomena ini juga terjadi di luar sana, di sistem bintang lain.
Para peneliti dari UC Berkeley mencoba menyimulasikan tabrakan antara dua planet gas raksasa—yang satu lebih kecil dan muda, yang lain lebih tua dan lebih besar.
Tujuannya, melihat apakah tabrakan sebesar itu bisa menimbulkan gelombang seismik jangka panjang, dan apakah getaran itu bisa terdeteksi dari Bumi menggunakan teknologi saat ini.
Penelitian ini dipimpin oleh J.J. Zanazzi, ahli fisika teoretis yang tertarik pada pembentukan planet.
Mereka menguji dua pertanyaan: (1) apakah tabrakan planet bisa memicu getaran seismik yang awet, dan (2) apakah JWST bisa “melihat” getaran tersebut?
Meski JWST tidak bisa mendeteksi getaran langsung, teleskop ini sangat sensitif terhadap perubahan cahaya. Jika getaran itu cukup besar, pantulan cahaya planet bisa berfluktuasi dalam pola yang bisa dikenali.
Dalam simulasi, para peneliti memilih planet Beta Pictoris b sebagai studi kasus. Planet ini adalah raksasa muda dengan massa sekitar 13 kali Jupiter, terletak di sistem bintang Beta Pictoris yang berusia sekitar 12–20 juta tahun.
Planet ini juga mengandung banyak logam berat—antara 100 hingga 300 kali massa Bumi—yang diduga berasal dari proses “pengayaan planetesimal,” alias bekas-bekas planet kecil yang ditelan selama pertumbuhannya.
Para peneliti lalu mensimulasikan tabrakan antara Beta Pictoris b dan planet seukuran Neptunus (sekitar 17 massa Bumi).
Hasilnya? Tabrakan itu bisa memicu osilasi (getaran) internal yang sangat kuat, dan getaran ini bisa bertahan selama jutaan tahun.
Yang menarik, getaran itu membuat cahaya inframerah yang dipancarkan planet berubah secara berkala. JWST bisa menangkap fluktuasi itu, terutama jika tabrakan terjadi dalam rentang 9 hingga 18 juta tahun terakhir.
Dengan kata lain, kita bisa menyelidiki “isi perut” planet dari jauh hanya dengan mengamati kelipan cahayanya.
Ini membuka pintu baru dalam seismologi planet—cara untuk memahami struktur internal planet raksasa dari jarak antar bintang.
Para peneliti juga menyebut, metode ini bukan hanya bisa mengungkap tabrakan. Migrasi planet—proses di mana planet bergerak dari satu orbit ke orbit lain akibat gaya gravitasi bintang—juga bisa memicu getaran serupa.
Misalnya, planet “Jupiter panas” atau “Jupiter hangat” (yang mengorbit sangat dekat dengan bintangnya) bisa mengalami gaya pasang surut yang menimbulkan osilasi besar.
JWST bisa mendeteksinya lewat perubahan cahaya inframerah.
Jadi, siapa sangka tabrakan planet raksasa bisa meninggalkan “gema” seismik yang bertahan jutaan tahun—dan kita bisa “mendengarnya” dari miliaran kilometer jauhnya?***
Sumber: Science Alert - Giant Impacts Could Trigger Seismic Vibrations Lasting Millions of Years
Posting Komentar