Jangan Sungkan Minta Diundang, Bisa Jadi Kamu Lebih Diinginkan untuk Gabung

Kamu lebih diinginkan dari yang kamu kira. Psikologi di balik "Boleh gabung, nggak?"


Kamu lebih diinginkan dari yang kamu kira. Psikologi di balik "Boleh gabung, nggak?"    Foto Ilustrasi: kues1/FreepikFoto Ilustrasi: kues1/Freepik


Ringkasan:

  • Kita sering menahan diri untuk ikut rencana orang lain karena takut dianggap mengganggu, padahal mayoritas orang justru senang jika kita ikut.
  • Kesalahpahaman sosial ini dipicu oleh rasa takut ditolak dan asumsi bahwa kita sengaja tidak diajak, meskipun kenyataannya tidak begitu.
  • Dalam konteks sosial santai, sering kali tidak ada salahnya untuk bertanya: “Boleh ikut, nggak?”—karena kamu lebih diinginkan daripada yang kamu kira.


PERNAH nggak sih kamu merasa sungkan buat bilang, “Aku ikut, ya?” saat temanmu cerita tentang rencana jalan-jalan atau nonton konser? Kamu ingin gabung, tapi takut dibilang sok asyik. 


Sebuah studi baru yang diterbitkan di Personality and Social Psychology Bulletin menunjukkan bahwa banyak orang sering "meremehkan seberapa diterima mereka" saat ingin bergabung dalam rencana sosial orang lain. 


Akibatnya? Banyak momen seru yang terlewat cuma gara-gara rasa sungkan yang nggak berdasar.


Ketika Sungkan Lebih Kuat dari Keinginan


Penelitian ini dipimpin oleh Julian Givi dari West Virginia University. Ia penasaran kenapa orang sering menahan diri buat minta ikut. 


Misalnya, saat temanmu bilang, “Minggu depan aku mau ke pameran seni nih,” kamu ingin ikut tapi malah diam aja, takut dikira ganggu. Nah, di situlah letak masalahnya.


Fenomena ini disebut “self-inviting”—yakni saat kamu minta ikut dalam rencana orang lain, bukan langsung diundang. Walau hal ini lumrah dalam kehidupan sehari-hari, ternyata belum banyak diteliti secara ilmiah. 


Givi dan timnya ingin tahu:  

  • Seberapa besar perbedaan antara keinginan orang untuk minta ikut dan keinginan si pemilik rencana untuk mengajak?  
  • Apa yang sebenarnya orang pikirkan di dua posisi itu?


8 Studi, Ribuan Partisipan, dan Hasil yang Mengejutkan


Peneliti melakukan 8 studi terpisah dengan ribuan partisipan, mencakup:

  • Studi kenangan nyata selama lima tahun terakhir.
  • Eksperimen skenario imajinatif, di mana partisipan diminta membayangkan dirinya sebagai orang yang ingin ikut atau sebagai pembuat rencana.


Hasilnya? Konsisten banget.  Orang yang ingin ikut cenderung terlalu takut dianggap mengganggu. Padahal, yang bikin rencana justru senang kalau diajak ramai-ramai.


Contohnya di salah satu studi:

  • Hanya 59% “self-inviters” yang merasa nyaman untuk bertanya,  
  • Tapi 92% “plan-holders” (pembuat rencana) bilang mereka 'senang kalau ada yang minta ikut.'


Perbedaan besar ini terjadi bahkan saat para plan-holder sebelumnya sudah pernah mengajak si self-inviter, atau ketika tidak ada kendala logistik sama sekali.


Dua Alasan Kenapa Kita Sering Menahan Diri


Lalu, kenapa banyak orang tetap memilih diam?


1. Terlalu khawatir dianggap mengganggu.  

Orang sering membayangkan si pembuat rencana bakal kesal atau terganggu kalau mereka minta ikut. Padahal kenyataannya, sebagian besar justru welcome.


2. Merasa sudah ‘dibuang’ dari rencana.

Banyak orang mengira, “Kalau dia nggak ngajak, berarti dia sengaja nggak ngajak aku.” Tapi sering kali, si pembuat rencana bahkan 'tak kepikiran sama sekali' soal siapa yang akan diajak—lebih ke urusan waktu, logistik, atau spontanitas.


Kesalahpahaman yang Menyakitkan (dan Sia-sia)


Kesalahan persepsi ini berakar dari sifat manusia yang egosentris dan takut ditolak. Kita cenderung berpikir orang lain memikirkan kita lebih sering dari kenyataan. 


Akibatnya, kita jadi mudah tersinggung oleh sesuatu yang sebenarnya nggak ditujukan ke kita.


Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ketika seseorang pernah diajak sebelumnya tapi sempat menolak, lalu ingin gabung lagi—mereka jadi lebih percaya diri buat bertanya.


Jadi, Apa yang Harus Kita Lakukan?


Julian Givi menyarankan agar kita lebih terbuka untuk bertanya.  


Tentu bukan berarti kamu bisa asal nyelonong ke pesta pernikahan orang tanpa undangan— ini berlaku untuk situasi sosial yang santai dan informal, seperti nongkrong, konser, atau piknik bareng teman.


“Orang sering gagal minta ikut karena mereka terlalu melebih-lebihkan seberapa jengkel orang lain akan merasa,” jelas Givi. 


“Mereka juga terlalu yakin bahwa mereka sudah dipertimbangkan dan ditolak, padahal sering kali mereka bahkan tidak terpikirkan.”


Studi ini punya beberapa keterbatasan—karena banyak skenario berbasis ingatan atau imajinasi. Tapi pesannya jelas:  Terkadang, cukup bertanya “boleh ikut, nggak?” bisa membuka pintu kebersamaan yang tak disangka.


Sumber: Artikel asli dari PsyPost berjudul "You’re more welcome than you think: The psychology of self-inviting to social plans"


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama