Kunci-kunci Kebahagiaan Menurut Hasil Penelitian Selama Hampir 90 Tahun

Para ilmuwan dari Harvard melakukan penelitian panjang kurun beberapa dekade tentang kebahagiaan. Lantas, apa saja hasilnya?


Para ilmuwan dari Harvard melakukan penelitian panjang kurun beberapa dekade tentang kebahagiaan. Lantas, apa saja hasilnya?(Foto Ilustrasi: Freepik)


ngarahNyaho - Apa yang membuat hidup bahagia? Uang, karier, atau keluarga? Siapa pun bisa berspekulasi untuk menemukan jawabannya, namun para peneliti dari Universitas Harvard melakukan pendekatan sains. 


Studi Harvard tentang Perkembangan Orang Dewasa kini telah berusia 86 tahun, tetapi awalnya merupakan dua proyek terpisah. 


Pada tahun 1938, Studi Grant, yang didanai oleh Yayasan William T. Grant dan dipimpin oleh Dr. George E. Vaillant, merekrut 268 pria dari kelas sarjana di Universitas Harvard. 


Bersamaan dengan itu, penelitian lain juga dilakukan – Studi Glueck, dengan kelompok yang terdiri dari 456 pria dari lingkungan dalam kota Boston.


Kedua penelitian tersebut memiliki tujuan yang sama: untuk mengikuti para peserta selama hidup mereka dan mengamati bagaimana berbagai faktor akan memengaruhi kesehatan dan kebahagiaan mereka saat mereka bertambah tua.


Beberapa peserta awal masih hidup saat ini. Beberapa di antaranya memiliki karier yang cemerlang, termasuk jurnalis legendaris Ben Bradlee dan presiden AS, John F. Kennedy.


Akhirnya, para peneliti beralih untuk mengamati anak-anak dari kelompok asli – Studi Generasi Kedua – di bawah pimpinan psikiater Dr Robert Waldinger.


Bersama dengan direktur asosiasi Dr Marc Schulz, Waldinger menerbitkan sebuah buku berjudul The Good Life: Lessons from the World’s Longest Scientific Study of Happiness.


Buku tersebut merangkum temuan-temuan dari usaha yang telah berlangsung selama puluhan tahun ini. 


Puluhan makalah ilmiah telah diterbitkan selama bertahun-tahun, mempelajari para peserta saat mereka mencapai tonggak-tonggak kehidupan yang berbeda dan melihat faktor-faktor mulai dari dinas militer hingga pengalaman spiritual.


Jadi, apa yang diajarkan oleh studi terpanjang tentang kebahagiaan manusia sejauh ini?


“Temuan yang mengejutkan adalah bahwa hubungan kita dan seberapa bahagianya kita dalam hubungan tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap kesehatan kita,” kata Waldinger kepada The Harvard Gazette pada tahun 2017. 


“Merawat tubuh Anda penting, tetapi menjaga hubungan Anda juga merupakan bentuk perawatan diri. Itulah, menurut saya, yang menjadi pencerahan.”


Banyak penelitian dalam beberapa tahun terakhir – terutama selama masa pembatasan sosial akibat COVID-19 – telah menunjukkan potensi risiko kesehatan yang terkait dengan kesepian. 


Beberapa penelitian menunjukkan bahwa isolasi dapat merusak kesehatan seperti halnya merokok atau obesitas. 


Kesepian pada orang lanjut usia telah dikaitkan dengan penyakit jantung, sementara hubungan sosial telah dikaitkan dengan kesehatan otak yang lebih baik.


Pelajaran khusus dari Studi Harvard ini bisa dibilang datang pada waktu yang tepat. Banyak yang telah memperingatkan tentang "wabah kesepian" yang konon mengganggu dunia modern kita.


Organisasi Kesehatan Dunia berpendapat bahwa masalah tersebut harus "diakui dan dijadikan sumber daya sebagai prioritas kesehatan masyarakat global."


Itu tidak berarti bahwa jawaban untuk kebahagiaan adalah dengan mengelilingi diri kita dengan sebanyak mungkin orang setiap saat. 


Seperti yang dijelaskan Waldinger dalam sebuah wawancara dengan komunikator sains dan YouTuber Derek Muller di salurannya Veritasium, tidak semua orang membutuhkan banyak koneksi sosial.


"Introvert itu sehat," kata Waldinger. "Mereka mungkin hanya membutuhkan satu atau dua hubungan yang benar-benar solid dan tidak menginginkan lebih banyak orang. Tidak ada yang salah dengan itu sama sekali."


Ini bukan tentang kuantitas, tetapi lebih tentang kualitas. Menikah telah dikaitkan dengan penurunan risiko demensia di kemudian hari, tetapi jika pernikahan tidak bahagia, itu mungkin lebih besar daripada manfaatnya.


Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa meskipun orang dewasa Amerika saat ini memiliki jumlah teman yang sama dengan orang-orang pada dekade sebelumnya, kualitas hubungan sosial mereka mungkin tidak sama. 


Di dunia yang sangat terhubung ini, banyak orang berpendapat bahwa menghabiskan lebih banyak waktu daring dan lebih sedikit waktu di luar dapat menjadi penghalang untuk menjalin hubungan yang kuat dengan orang lain. 


Hal ini tidak mungkin terjadi pada semua orang – misalnya, bagi orang-orang yang tidak dapat meninggalkan rumah, persahabatan daring dapat menjadi penyelamat yang penting – tetapi dapat menjadi bagian dari gambaran yang kompleks.


Mengenai mengapa hubungan yang baik sangat berharga, Waldinger berpendapat bahwa teori yang berlaku berpusat pada kemampuan kita untuk mengatur emosi melalui interaksi sosial. 


Hari yang menegangkan di tempat kerja sering kali dapat diredakan dengan dapat membicarakan semuanya dengan pasangan kita saat tiba di rumah.


Contoh lainnya, jika kita mengalami masa sulit dengan pasangan atau anak-anak kita, mencurahkan isi hati kepada teman dekat mungkin sedikit meredakannya.


Pentingnya hubungan hanyalah salah satu pelajaran dari penelitian tersebut, tetapi mungkin yang paling tidak terduga. Prediktor lain dari kesejahteraan jangka panjang adalah hal-hal yang sangat kita kenal:


  • tidak merokok,
  • tidak minum alkohol secara berlebihan atau menggunakan narkoba, 
  • berolahraga secara teratur, 
  • dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur.


Semuanya membantu meningkatkan kesehatan fisik, yang memiliki efek penting pada kebahagiaan. |


Sumber: IFL Science


Post a Comment

أحدث أقدم