Sains Singkap Alasan Perempuan Bisa Hidup Lebih Lama

Urusan cinta dan kompetisi tampaknya lebih “mematikan” bagi jantan daripada gen mereka sendiri.


Urusan cinta dan kompetisi tampaknya lebih “mematikan” bagi jantan daripada gen mereka sendiri.Foto Ilustrasi: congerdesign/Pixabay


Ringkasan

  • Penelitian atas lebih dari 1.100 spesies mamalia dan burung menunjukkan bahwa kompetisi seksual lebih berpengaruh terhadap umur panjang daripada struktur kromosom.
  • Dalam spesies yang jantannya berebut pasangan, seperti rusa dan gorila, betina hidup lebih lama, sedangkan pada burung monogami, jantan justru lebih panjang umur.
  • Pola ini juga muncul pada manusia, perempuan konsisten hidup lebih lama.


PENELITIAN kolaboratif antara Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology dan University of Southern Denmark mengungkap alasan evolusioner tersembunyi di balik umur panjang perempuan. 


Studi yang diterbitkan di Science Advances menemukan, perbedaan harapan hidup antara jantan dan betina di dunia hewan lebih erat terkait dengan persaingan kawin dan strategi reproduksi. 


Di hampir semua sudut kerajaan hewan, betina cenderung hidup lebih lama dari jantan. Fenomena ini tidak hanya terjadi pada manusia, tapi juga pada paus, gajah, dan bahkan serangga tertentu. 


Peneliti selama berabad-abad mencoba menjelaskan perbedaan ini, dari teori genetik hingga gaya hidup, namun belum ada jawaban tunggal yang meyakinkan, hingga penelitian besar ini menyorot peran evolusi sosial dan seksual.


Secara klasik, teori heterogametic sex hypothesis menyebut bahwa jenis kelamin dengan kromosom berbeda (misalnya XY pada jantan mamalia, ZW pada betina burung) lebih rentan terhadap mutasi genetik. 


Namun, data dari 528 mamalia dan 648 burung menunjukkan bahwa teori ini tidak cukup menjelaskan semuanya. Dalam banyak kasus, spesies dengan sistem kromosom yang sama justru menampilkan pola hidup yang terbalik.


Contohnya, beberapa burung pemangsa betina justru hidup lebih lama dari jantan, meski memiliki kromosom “berisiko” ZW. 


Sebaliknya, beberapa mamalia jantan mampu menyaingi umur betinanya, terutama pada spesies yang lebih setara dalam pembagian peran sosial dan reproduksi.


Kunci sebenarnya, kata para peneliti, terletak pada tekanan seleksi seksual. Pada spesies di mana jantan harus bertarung atau menampilkan kekuatan demi menarik pasangan, mereka membayar harga biologis yang mahal.


Dampak pada jantan itu, di antaranya tubuh besar, hormon testosteron tinggi, dan tingkat stres kronis. Semua itu mempercepat penuaan dan menurunkan daya tahan tubuh.


Rusa jantan yang terus berduel demi betina, misalnya, cenderung mati lebih muda. 


Sebaliknya, pada spesies monogami, seperti beberapa jenis burung laut, kedua jenis kelamin berbagi tanggung jawab mengasuh anak, dan perbedaan umur menjadi nyaris hilang.


Menariknya, tren ini juga tercermin pada manusia. Dari data sejarah Swedia abad ke-18, populasi Jepang modern, hingga suku Hadza di Tanzania, perempuan secara konsisten hidup lebih lama. 


Namun, kesenjangannya makin menyempit seiring kemajuan kesehatan dan berkurangnya risiko kematian saat melahirkan. Artinya, ketika tekanan evolusi pada perempuan menurun, perbedaan umur panjang pun ikut menyusut.


Peneliti menulis bahwa “perempuan cenderung berinvestasi lebih besar dalam kelangsungan hidup keturunannya, dan itu mungkin secara evolusioner mendorong umur panjang.” 


Dalam arti lain, kemampuan bertahan hidup bukan hanya urusan genetik, melainkan hasil keseimbangan antara tanggung jawab sosial, energi reproduksi, dan strategi bertahan hidup.


Studi ini memperkuat pemahaman bahwa umur panjang bukan sekadar “keberuntungan genetik.” Ia adalah hasil negosiasi panjang antara evolusi, gaya hidup, dan tekanan sosial.


Bahkan di lingkungan buatan seperti kebun binatang, pola yang sama tetap muncul. Ini menunjukkan bahwa perbedaan umur jantan dan betina tertanam dalam sejarah biologis kita.


Dalam konteks manusia modern, faktor tambahan seperti stres kerja, gaya hidup, dan perilaku berisiko juga ikut memperlebar jurang umur panjang antara pria dan wanita. 


Data WHO menunjukkan bahwa rata-rata harapan hidup global perempuan kini sekitar 5 tahun lebih panjang daripada pria.


Akhirnya, riset ini menegaskan bahwa umur panjang perempuan adalah warisan dari jutaan tahun evolusi, bukan sekadar hasil perawatan diri atau gaya hidup sehat. 


Seperti disimpulkan para peneliti, “manusia hanyalah bagian dari pola mamalia yang lebih luas, di mana perempuan menikmati keunggulan umur panjang sebagai hasil dari strategi reproduksi dan seleksi alam yang cermat.”


Disadur dari The Debrief


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama