Bukan Enam, Otak Manusia Mungkin Punya Indra Ketujuh

Penelitian baru dari tim ilmuwan Inggris dan Rusia mengusulkan bahwa otak manusia mungkin “dirancang” untuk memiliki tujuh indra. Bukan lima. Bukan enam. 


Penelitian baru dari tim ilmuwan Inggris dan Rusia mengusulkan bahwa otak manusia mungkin “dirancang” untuk memiliki tujuh indra. Bukan lima. Bukan enam.Foto Ilustrasi: Freepik


Ringkasan 

  • Studi menunjukkan kapasitas memori otak mencapai puncak efisiensi pada tujuh dimensi indra.
  • Teori ini memberi dasar matematis mengapa manusia tampaknya hanya mampu menangani sekitar “tujuh hal” sekaligus.
  • Temuan ini juga dapat membantu merancang sistem kecerdasan buatan (AI) yang lebih mirip otak manusia.


KITA tumbuh dengan pelajaran bahwa manusia memiliki lima indra, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. 


Dalam dekade terakhir, ilmuwan menambahkan dua lagi, yaitu propriosepsi atau kesadaran posisi tubuh dan equilibrioception, yang bisa diartikan indra keseimbangan. 


Kini, penelitian terbaru yang diterbitkan di Scientific Reports menyebutkan bahwa “tujuh” bukan hanya angka kebetulan, melainkan batas matematis alami dari kapasitas persepsi dan memori manusia.


Tim peneliti dari King’s College London, Loughborough University, dan Skolkovo Institute of Science and Technology membangun model teoretis untuk memahami bagaimana otak menyimpan ingatan melalui sesuatu yang disebut engram, jejak fisik memori dalam jaringan saraf. 


Dengan menggunakan simulasi komputer (Monte Carlo simulation), mereka menemukan bahwa otak bekerja paling efisien saat memproses informasi dari tujuh dimensi sensorik. 


Ketika indra bertambah lebih dari itu, kapasitas memori justru menurun karena sinyal-sinyal menjadi saling tumpang tindih.


Menurut Dr. Nikolai Brilliantov dari Skoltech AI, hasil ini menunjukkan adanya “dimensi kritis” atau batas di mana otak bisa mempertahankan jumlah konsep paling banyak tanpa kehilangan ketajaman ingatan. 


“Jika sistem memiliki lebih dari tujuh saluran sensorik, memori mulai kabur dan saling mengganggu,” ujarnya.


Secara sederhana, otak kita seperti komputer dengan ruang penyimpanan terbatas, terlalu banyak input justru memperlambat proses dan menurunkan akurasi. 


Menariknya, hasil ini juga sejalan dengan teori psikolog klasik George A. Miller (1956), yang menyebut manusia rata-rata hanya bisa mengingat “tujuh, plus minus dua” item sekaligus dalam memori jangka pendek. 


Kini, sains mungkin menemukan alasannya—bukan kebetulan, tapi hukum matematis yang mengatur efisiensi persepsi.


Penelitian ini juga menyoroti keseimbangan halus antara “menerima informasi baru” dan “menjaga ingatan lama tetap jelas.” 


Dalam dunia pembelajaran mesin (AI), keseimbangan ini dikenal sebagai bias-variance trade-off, terlalu terbuka membuat sistem kehilangan ketajaman, terlalu selektif membuatnya kaku dan sulit belajar hal baru. 


Otak manusia tampaknya telah berevolusi untuk berada di titik tengah yang ideal—sekitar tujuh jalur sensorik aktif.


Dampaknya? Jika benar, ini bukan hanya soal memahami cara kerja ingatan, tetapi juga petunjuk bagi desain kecerdasan buatan masa depan. 


Sistem AI dengan terlalu banyak masukan sensorik (misalnya suara, gambar, suhu, gerak, dan sebagainya) bisa mengalami “kelelahan kognitif” yang serupa dengan otak manusia yang melewati batas tujuh indra.


Lebih jauh, penelitian ini membuka kemungkinan aneh tapi menarik, apakah manusia masa depan bisa menambah indra baru—misalnya indra radiasi, medan magnet, atau bahkan waktu? 


Dr. Brilliantov menambahkan dengan nada bercanda, “Mungkin suatu hari manusia bisa ‘merasakan’ gelombang elektromagnetik.” 


Tapi untuk saat ini, tampaknya tujuh adalah angka sakral bagi otak kita—batas sempurna antara kepekaan dan kejernihan.


Disadur dari The Debrief. 


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama