Sebuah studi menemukan bahwa sekitar 1 dari 5 orang di dunia memiliki berat badan “normal” berdasarkan BMI, namun sebenarnya mengidap obesitas tersembunyi.
Ringkasan
- Sekitar 21% orang dengan BMI normal ternyata memiliki obesitas perut.
- Mereka berisiko lebih tinggi terkena hipertensi, kolesterol, dan diabetes.
- Dokter disarankan memakai ukuran lingkar pinggang selain BMI untuk diagnosis obesitas.
PENELITIAN yang dipublikasikan di JAMA Network Open ini menganalisis data hampir 500.000 orang dari 91 negara menggunakan survei WHO STEPS, proyek yang memantau faktor risiko penyakit tidak menular di seluruh dunia.
Hasilnya menunjukkan bahwa banyak orang yang tampak langsing secara visual ternyata memiliki kadar lemak tubuh yang tinggi di bagian perut.
Tim peneliti menyebut fenomena ini sebagai “obesitas dengan berat badan normal” (normal-weight obesity) atau dalam bahasa populer disebut skinny fat.
Orang dengan kondisi ini tampak kurus, tapi jaringan lemak viseral di tubuhnya menumpuk secara diam-diam.
Lemak viseral inilah yang berbahaya karena mengelilingi organ vital seperti hati, pankreas, dan jantung.
“Bergantung hanya pada BMI (Body Mass Index) tidak cukup untuk mengidentifikasi individu berisiko tinggi,” tulis para peneliti.
“Kombinasi BMI dan ukuran lingkar pinggang memberi gambaran yang lebih akurat tentang risiko metabolik seseorang.”
BMI hanya membandingkan berat badan dengan tinggi badan tanpa memperhitungkan komposisi tubuh, apakah berat itu berasal dari otot atau lemak.
Karena itu, seorang atlet berotot bisa dikategorikan “obesitas” berdasarkan BMI, sedangkan orang bertubuh kurus dengan kadar lemak tinggi bisa tampak “normal”.
Menurut American Heart Association, ukuran lingkar pinggang lebih akurat untuk menilai risiko kesehatan.
Pria dengan lingkar pinggang lebih dari 90 cm dan wanita lebih dari 80 cm sudah tergolong berisiko tinggi, meskipun BMI mereka masih di bawah 25.
Penelitian ini sejalan dengan studi lain yang dipublikasikan di Obesity Reviews, yang menemukan bahwa hampir 70% orang dewasa Amerika memenuhi kriteria obesitas baru jika diukur menggunakan gabungan BMI dan lingkar pinggang.
Lemak viseral menghasilkan zat kimia inflamasi yang dapat mengganggu kerja insulin dan meningkatkan tekanan darah.
Tak heran, orang dengan “obesitas tersembunyi” sering mengalami hipertensi, kolesterol tinggi, dan diabetes tipe 2, meski secara kasatmata terlihat kurus.
Lebih parah lagi, kondisi ini sering luput dari deteksi medis.
“Banyak dokter masih fokus pada angka BMI tanpa memperhatikan distribusi lemak tubuh,” kata para peneliti. Padahal, seseorang bisa tampak sehat di luar tapi “sakit” di dalam.
Para ahli merekomendasikan agar pemeriksaan kesehatan rutin mencakup pengukuran lingkar pinggang, analisis lemak tubuh, dan pemeriksaan metabolik seperti kadar gula darah dan kolesterol.
Selain itu, gaya hidup tetap jadi kunci utama. Pola makan tinggi protein, konsumsi serat dari sayur dan biji-bijian, serta latihan kekuatan (strength training) terbukti menurunkan lemak viseral.
Hal tersebut juga meningkatkan massa otot tanpa harus menurunkan berat badan secara drastis.
Seperti disimpulkan oleh para peneliti, “BMI bukan musuh, tapi juga bukan segalanya. Untuk benar-benar tahu apakah tubuhmu sehat, kamu harus melihat lebih dari sekadar angka.”
Disadur dari Gizmodo.

إرسال تعليق