Kuku Kaki Bisa Ungkap Paparan Gas Penyebab Kanker Paru yang Tak Terlihat

Hasil sebuah studi membuka peluang bagi deteksi dini kanker paru pada orang yang tidak merokok, tapi tanpa sadar menghirup gas mematikan ini di rumah mereka sendiri.


Hasil sebuah studi membuka peluang bagi deteksi dini kanker paru pada orang yang tidak merokok, tapi tanpa sadar menghirup gas mematikan ini di rumah mereka sendFoto Ilustrasi: kroshka_nastya/Freepik


Ringkasan 


PARA ilmuwan menemukan cara baru mendeteksi paparan gas radioaktif yang tak berbau dan tak berwarna, radon, melalui potongan kuku kaki.


Gas radon adalah “pembunuh senyap” di dalam rumah. Tidak berwarna, tidak berbau, tapi berbahaya. radon menempati posisi kedua penyebab kanker paru setelah rokok, menurut World Health Organization (WHO).


Kini, riset dari University of Calgary, Kanada, mengungkap bahwa jejak gas ini bisa dibaca melalui kuku kaki kita.


Tim peneliti yang dipimpin ahli biokimia Aaron Goodarzi dan fisikawan Michael Wieser menemukan bahwa kuku kaki menyimpan arsip kimia tubuh, termasuk racun lingkungan seperti radon. 


Dalam studi bukti-konsep yang diterbitkan di jurnal Environment International (2025), mereka membuktikan bahwa isotop timbal radioaktif hasil peluruhan radon (210Pb) dapat diukur dari potongan kuku kaki.


“Setelah kita menghirup radon, gas ini berubah menjadi timbal radioaktif yang kemudian disimpan tubuh di jaringan yang lambat terkelupas seperti kulit, rambut, dan kuku,” jelas Goodarzi. 


“Kami membuktikan bahwa isotop timbal dalam kuku kaki bisa menjadi cara kuantitatif untuk mengukur paparan radon sepanjang hidup seseorang.”


Hasil awal menunjukkan bahwa dari 55 sampel kuku yang diuji, 71 persen mengandung isotop timbal radioaktif. 


Mereka yang tinggal di rumah dengan paparan radon tinggi rata-rata selama 26,5 tahun memiliki kadar 210Pb sekitar empat kali lipat lebih banyak dibanding yang hidup di area berpaparan rendah, selisihnya mencapai 397 persen.


Menariknya, bahkan setelah seseorang melakukan renovasi rumah untuk menurunkan kadar radon, jejaknya masih dapat terdeteksi di kuku hingga enam tahun kemudian. 


Ini menjadikan kuku kaki semacam “rekaman sejarah kimia tubuh” yang dapat membantu dokter menilai risiko kanker paru, terutama bagi mereka yang tak pernah merokok.


Radon sendiri berasal dari peluruhan uranium di tanah. Di ruang terbuka, ia mudah menguap, tapi di dalam rumah, terutama yang kurang ventilasi atau berada di wilayah berbatu granit, gas ini bisa menumpuk dalam jumlah berbahaya. 


Negara-negara seperti Kanada, AS, dan Norwegia sudah lama memiliki peta risiko radon dan standar bangunan yang mewajibkan ventilasi khusus. 


Menurut US Environmental Protection Agency (EPA), kadar radon di atas 148 becquerel per meter kubik sudah dianggap berbahaya. 


Ironisnya, banyak rumah di daerah pegunungan atau beriklim dingin memiliki kadar lebih tinggi dari itu tanpa disadari penghuninya.


Kini, tim Goodarzi sedang mencari 10.000 relawan di Kanada untuk uji lanjutan. 


Tujuannya, memvalidasi metode ini di populasi yang lebih luas. Bila berhasil, kuku kaki bisa menjadi alat skrining baru bagi kelompok non-perokok yang selama ini luput dari perhatian program deteksi dini kanker paru.


Sebagaimana disimpulkan Goodarzi, “Jejak radon mungkin tak kasatmata, tapi tubuh kita ternyata mencatatnya dengan sangat jujur—tepat di ujung kaki.”


Disadur dari Science Alert.


Post a Comment

أحدث أقدم