Dunia Terancam, Arus Atlantik Bisa Kolaps di Abad Ini

Jika emisi karbon tetap tinggi atau bahkan bertahan di level saat ini, Arus laut raksasa yang menjadi "sabuk konveyor" iklim dunia, Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC), diprediksi kolaps di abad ini. 


Jika emisi karbon tetap tinggi atau bahkan bertahan di level saat ini, Arus laut raksasa yang menjadi "sabuk konveyor" iklim dunia, Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC), diprediksi kolaps di abad ini.Foto Ilustrasi: wirestock/Freepik


Ringkasan

  • Studi terbaru memprediksi AMOC bisa mulai kolaps tahun 2055–2063.
  • Runtuhnya arus ini akan memicu iklim ekstrem global, khususnya di Eropa dan Amerika.
  • Peneliti menilai peluang runtuhnya AMOC abad ini mencapai 50:50.


AMOC adalah sistem arus laut Atlantik yang berfungsi seperti mesin pendingin raksasa, yakni membawa panas dari daerah tropis ke belahan utara, lalu air mendingin, tenggelam, dan kembali ke selatan di dasar laut. 


Mekanisme ini menjaga keseimbangan iklim global. Masalahnya, pemanasan global dan mencairnya es Arktik melemahkan mesin ini, membuat air laut lebih hangat dan kurang asin sehingga daya tenggelamnya berkurang.


Menurut riset yang dipublikasikan di Journal of Geophysical Research: Oceans (24 Agustus 2025), para ilmuwan menguji 25 model iklim terbaru. 


Mereka menemukan indikator baru berupa surface buoyancy flux, yakni kombinasi antara panas dan salinitas di permukaan laut yang lebih akurat dalam memprediksi kekuatan AMOC. 


Data menunjukkan sejak 2020 indikator ini meningkat, artinya AMOC mulai melemah. Kalau emisi karbon berlipat ganda hingga 2050, AMOC bisa mulai runtuh pada 2055. 


Bahkan dalam skenario “jalan tengah”, pemanasan global sekitar 2,7 °C (sesuai laporan IPCC PBB), keruntuhan diprediksi terjadi pada 2063. Peneliti memperkirakan peluang runtuhnya AMOC abad ini sekitar 50:50, jauh lebih besar dari dugaan sebelumnya.


Konsekuensi runtuhnya AMOC sangat serius. Eropa Barat Laut bisa mengalami musim dingin lebih ekstrem, badai lebih sering, dan panen berkurang hingga 30%. 


Pantai timur Amerika Serikat berpotensi menghadapi kenaikan muka laut lebih besar. Bahkan wilayah jauh seperti Asia Selatan dan Afrika bisa terkena dampaknya melalui gangguan musim monsun.


Yang mengkhawatirkan, walau AMOC kolaps, efeknya tidak langsung terasa seketika. Studi menyebut butuh waktu 50–100 tahun hingga pola iklim baru terbentuk. Namun, itu bukan alasan untuk lengah. 


"Ini alarm serius bagi iklim," ujar Wopke Hoekstra, Komisioner Iklim Uni Eropa.


Kabar baiknya, skenario terburuk masih bisa dihindari. Menurut peneliti Utrecht University, René van Westen, peluang mencegah keruntuhan tetap ada jika dunia menurunkan emisi hingga net-zero sekitar tahun 2050. 


Dengan kata lain, masa depan iklim global masih ada di tangan kita.


Disadur dari Live Science


Post a Comment

أحدث أقدم