Penelitian di Stasiun Luar Angkasa Internasional memberikan wawasan penting bagi kesehatan manusia, baik untuk misi luar angkasa maupun kehidupan di Bumi.
Ringkasan
- Mikrogravitasi mengubah fungsi sel, dari jantung hingga otak.
- Penelitian ISS membuka peluang pengobatan osteoporosis, penyakit jantung, hingga kanker.
- Model unik, mulai dari sisik ikan mas hingga sel tikus, dipakai untuk memahami dampak ruang angkasa.
LUAR angkasa sering kita bayangkan dengan roket, astronaut, dan planet jauh. Namun, sebagian penemuan paling penting justru terjadi di tingkat mikroskopis, di dalam sel tubuh kita.
Penelitian di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) menunjukkan bagaimana sel bereaksi terhadap lingkungan tanpa gravitasi.
Bekerja sama dengan Badan Antariksa Jepang (JAXA), ilmuwan meneliti bagaimana sel mengenali perubahan gravitasi. Eksperimen Cell Gravisensing menyelidiki mekanisme sel hewan dalam mendeteksi gravitasi.
Meski proses ini masih misterius, pemahamannya bisa membantu mengembangkan terapi untuk mencegah pengeroposan tulang dan kelemahan otot, masalah besar baik bagi astronaut maupun lansia di Bumi.
Tubuh manusia cepat bereaksi terhadap ruang angkasa. Studi STaARS Bioscience-3 menunjukkan bahwa hanya dalam tiga hari di orbit, sel pembuluh darah sudah mengubah ekspresi lebih dari 11.000 gen.
Perubahan ini terkait dengan penurunan volume darah dan kerja jantung yang melemah pada astronaut.
Penelitian lain, STaARS Bioscience-4, mengamati sel punca saraf. Dalam mikrogravitasi, sel-sel ini memproduksi dan menggunakan energi dengan cara berbeda serta lebih sering mendaur ulang komponen sel.
Hal ini menegaskan pentingnya asupan energi yang cukup bagi astronaut agar fungsi otak tetap optimal dalam misi jangka panjang.
Ikan mas ternyata menjadi “model mini” yang berguna. Sisiknya mengandung protein dan mineral serupa dengan tulang manusia.
Dalam eksperimen JAXA, sisik ikan mas menunjukkan perubahan signifikan ketika terpapar mikrogravitasi dan gravitasi tiga kali lipat Bumi. Temuan ini membantu kita memahami osteoporosis akibat ruang angkasa maupun penuaan di Bumi.
Sementara itu, eksperimen dengan sel punca tikus menunjukkan bahwa radiasi luar angkasa bisa meningkatkan kerusakan DNA, terutama pada sel yang dimodifikasi lebih sensitif.
Penelitian ini penting untuk memperkirakan risiko kanker pada astronaut dalam misi panjang ke Bulan atau Mars.
Tak semua dampak ruang angkasa buruk. Studi dari misi Rodent Research-1 menemukan bahwa otot jantung tikus mampu menyesuaikan diri dalam 30 hari di orbit.
Adaptasi genetik ini tidak hanya membantu pemahaman tentang daya tahan tubuh di luar angkasa, tetapi juga memberi petunjuk baru untuk terapi penyakit jantung di Bumi.
Ruang angkasa bukan hanya tujuan, melainkan laboratorium unik. Mikrogravitasi membuka peluang mempelajari sel, organ, hingga sistem tubuh dengan cara yang tak mungkin dilakukan di Bumi.
Penelitian ini bukan hanya persiapan misi antarplanet, tetapi juga membuka jalan bagi pengobatan baru: dari pencegahan osteoporosis, terapi jantung, hingga penanganan kanker.
Dengan kata lain, eksplorasi luar angkasa tidak hanya memberi kita bintang-bintang, tetapi juga pemahaman baru tentang diri kita sendiri, sel demi sel.
Disadur dari Earth.com.


إرسال تعليق