Para penyelam 'tradisional' punya kemampuan luar biasa untuk bertahan di dalam air.
Ilustrasi anak-anak Suku Bajo sedang bermain. Ilustrasi dibuat oleh AIRingkasan
- Penyelam tradisional Korea (Haenyeo) rata-rata tahan 2–3 menit berkat tradisi panjang dan faktor genetik.
- Suku Bajo di Asia Tenggara bisa tahan napas hingga 13 menit karena evolusi limpa mereka lebih besar dari manusia biasa.
- Vitomir Maričić dari Kroasia memecahkan rekor dunia meski dibantu dengan teknik menghirup oksigen murni sebelumnya.
DI Pulau Jeju, Korea Selatan, ada komunitas penyelam perempuan bernama Haenyeo yang sudah eksis sejak abad ke-17. Mereka menyelam untuk mencari hasil laut demi menghidupi keluarga.
Uniknya, penyelam ini bisa bertahan di dalam air selama 1–3 menit tanpa bantuan tabung oksigen. Bahkan, sejak usia 11 tahun, mereka sudah mulai berlatih dan terus menyelam hingga usia lanjut, rata-rata kini mencapai 70 tahun!
Riset terbaru menemukan Haenyeo memiliki dua mutasi genetik. Satu membantu tubuh mereka lebih tahan dingin, satunya lagi menurunkan tekanan darah diastolik.
Ditambah refleks selam mamalia (mammalian dive reflex) yang melambatkan detak jantung saat menyelam, tubuh mereka seperti benar-benar berevolusi menjadi “putri duyung nyata”.
Kalau ke Asia Tenggara, tepatnya Laut Sulu, kita bertemu Bajo, si “nomaden laut”.
Selama lebih dari 1.000 tahun, Bajo hidup sebagai penyelam ulung, bisa menahan napas hingga 13 menit, menyelam ratusan kaki hanya dengan pemberat dan kacamata kayu sederhana.
Rahasia mereka? Evolusi juga! Studi 2018 (Ilardo dkk., Cell) menemukan limpa Bajau 50% lebih besar dibandingkan tetangga darat mereka, suku Saluan di Sulawesi.
Limpa ini berfungsi seperti “tabung oksigen cadangan”: saat tubuh hampir kehabisan udara, limpa berkontraksi dan melepaskan sel darah merah penuh oksigen.
Ditambah gaya hidup yang sebagian besar dihabiskan di air, kemampuan Bajo ini tak ada bandingannya di dunia manusia – bahkan mirip hewan laut seperti berang-berang laut.
Lalu ada Vitomir Maričić dari Kroasia, freediver yang pada 2023 berhasil menahan napas selama 29 menit 3 detik! Catatan ini diakui Guinness World Records.
Tapi jangan salah: ia menggunakan teknik inhalasi oksigen murni selama 10 menit sebelum menyelam. Itu membuat kadar oksigen dalam darahnya jadi hampir lima kali lipat lebih banyak dari normal.
Meski begitu, tetap saja pencapaiannya luar biasa. Bahkan tanpa oksigen tambahan, Maričić masih bisa bertahan 10 menit 8 detik dalam kondisi “static apnea”, atau menahan napas tanpa bergerak.
Rekor dunia untuk kategori ini sendiri dipegang Stéphane Mifsud dari Prancis dengan 11 menit 35 detik (2009).
Pertanyaannya sekarang, apakah 29 menit itu batas akhir manusia?
Jawabannya mungkin tidak. Menurut Aleix Segura, mantan pemegang rekor, kita sering berpikir batas manusia sudah tercapai – tapi kenyataannya, kita selalu salah.
Evolusi, latihan ekstrem, dan teknologi bisa terus mendorong catatan baru di masa depan.
Faktanya, beberapa hewan juga mengejutkan, lumba-lumba rata-rata hanya bisa 10 menit, paus sperma bisa 90 menit, dan sloth atau kungkang yang malas itu bisa tahan napas sampai 40 menit tanpa masalah.
Jadi, mungkin saja manusia belum menunjukkan “napas terpanjangnya” yang sebenarnya.
Disadur dari IFL Science.
Posting Komentar