Penelitian terbaru menggunakan teknologi 3D menguatkan dugaan lama, gambar di kain itu bukan jejak tubuh manusia sama sekali, melainkan karya seni abad pertengahan yang dibuat dengan teknik khusus.
Ilustrasi dari pembentukan gambar pada kain kafan suci dengan pendekatan digital 3D. Foto: CÃcero Moraes via Popular MechanicsRingkasan
- Cicero Moraes, peneliti dan desainer 3D asal Brasil, membuktikan gambar di Kain Kafan Turin tidak sesuai dengan pola yang akan muncul dari tubuh tiga dimensi.
- Hasil simulasi menunjukkan gambar kemungkinan dibuat menggunakan teknik “low-relief” atau pahatan datar yang kemudian dicetak pada kain.
- Temuan ini sejalan dengan pendapat ahli sejak 1980-an yang menyebut kain tersebut sebagai karya seni religius, bukan peninggalan asli dari peristiwa penyaliban.
KAIN Kafan Turin pertama kali terdokumentasi pada abad ke-14 dan menampilkan sosok pria berjanggut berambut panjang, ikonografi yang mirip dengan penggambaran Yesus sejak abad ke-6 Masehi.
Keunikan kain ini makin terlihat saat difoto dalam format negatif, di mana detail wajah dan tubuh menjadi lebih jelas.
Bagi yang meyakininya, kain ini adalah kain kafan Yesus yang “tercetak” wajah dan tubuh-Nya karena kuasa ilahi. Namun, kritik terhadap klaim ini bukan hanya datang dari kalangan sekuler.
John Calvin, teolog abad ke-16, pernah mempertanyakan mengapa Injil dan para murid Yesus tidak pernah mencatat keberadaan kain semacam itu.
Ia juga menekankan tradisi pemakaman Yahudi menggunakan dua kain terpisah untuk kepala dan tubuh, bukan satu kain panjang seperti Kain Turin.
Teori alternatif muncul pada 1980-an dari Walter McCrone, yang berpendapat bahwa gambar itu sebenarnya adalah lukisan religius, mungkin dibuat dengan bantuan patung rendah (low-relief).
Cicero Moraes menguji teori ini dengan memanfaatkan perangkat lunak MakeHuman dan Blender.
Ia membuat model pria dewasa berusia sekitar 33 tahun, tinggi 1,8 meter, lalu memodelkan bagaimana kain akan menempel jika membungkus patung penuh versus patung rendah.
Hasilnya, pola gambar yang dihasilkan dari objek tiga dimensi nyata akan tampak lebih lebar, terdistorsi, dan “menggembung” dibandingkan gambar di Kain Turin.
Sebaliknya, pola dari patung rendah jauh lebih mirip dengan hasil yang ada di kain tersebut.
Moraes juga membandingkan ini dengan eksperimen sederhana: jika Anda mengoleskan tinta ke bola dunia dan menempelkannya dengan kain, hasilnya akan berbeda jauh dari bentuk asli bola itu.
Penelitian Moraes, yang dipublikasikan di Archaeometry, menyimpulkan bahwa Kain Kafan Turin kemungkinan besar adalah karya seni abad pertengahan yang terinspirasi dari kisah penyaliban, bukan artefak asli dari abad pertama.
Disadur dari Popular Mechanics.
Posting Komentar