Peneliti University of Michigan menemukan bahwa interaksi rumit antara beberapa spesies semut dan seekor lalat pemangsa di perkebunan kopi Puerto Rico menciptakan pola populasi yang kacau.
Ringkasan
- Penelitian melibatkan tiga spesies semut dan satu lalat pemangsa yang memengaruhi dominasi populasi.
- Pola populasi serangga berubah secara kacau, sehingga sulit diprediksi.
- Hasil riset diharapkan membantu pertanian kopi bebas pestisida di masa depan.
SELAMA lebih dari 30 tahun, duo peneliti John Vandermeer dan Ivette Perfecto mempelajari perilaku semut di perkebunan kopi tropis.
Vandermeer, Profesor Ekologi dan Biologi Evolusi dan Perfecto, Profesor di School for Environment and Sustainability, ingin memahami “aturan” ekologi pertanian sebelum merancang sistem bercocok tanam tanpa bahan kimia berbahaya.
Menurut Vandermeer, sistem pertanian internasional yang sangat bergantung pada pestisida bukan hanya merugikan petani, tetapi juga mempercepat perubahan iklim global.
Di wilayah tropis, semut menjadi agen pengendalian hama alami yang penting. Namun, memanfaatkan semut sebagai pengendali biologis tidak sesederhana yang dibayangkan.
Dominasi satu spesies semut bisa berubah tergantung keberadaan spesies semut lain maupun jenis serangga lain di ekosistem.
Vandermeer dan Perfecto mengidentifikasi dua pola ekologi utama, yakni intransitive loop cyclic behavior dan predator-mediated coexistence.
Dalam pola pertama, hubungan dominasi berjalan melingkar seperti permainan “gunting-batu-kertas”. Semut A mengalahkan Semut B, Semut B mengalahkan Semut C, tapi Semut C justru mengalahkan Semut A.
Dalam pola kedua, kehadiran predator—dalam hal ini lalat yang memangsa semut dominan—membuka peluang bagi spesies lain untuk mengambil alih posisi dominan.
Kombinasi kedua pola ini menghasilkan osilasi atau naik-turunnya populasi yang saling memengaruhi. Kadang sistem terlihat seperti siklus predator-mangsa klasik, kadang seperti rotasi dominasi semut.
Hasilnya? Kekacauan alami—setiap spesies serangga bisa jadi penguasa kapan saja.
Penemuan ini punya implikasi penting bagi pertanian organik. Jika petani dapat mengantisipasi kapan spesies semut tertentu mendominasi, mereka bisa memanfaatkannya untuk menekan hama secara alami.
Sayangnya, seperti diakui Vandermeer, “Memahami pola ini tidak semudah menemukan racun yang membunuh hama. Aturan ekologi jauh lebih rumit dari itu.”
Bagi para pecinta kopi, penelitian ini mengingatkan bahwa secangkir kopi pagi tidak hanya bergantung pada petani dan pemanggang, tetapi juga pada “drama” kecil di dunia semut dan lalat yang bekerja di balik layar.
Disadur dari laman University of Michigan.

Posting Komentar