Para ilmuwan merancang konsep "kapal generasi" bernama Chrysalis, wahana antariksa raksasa yang didesain untuk membawa ribuan manusia dalam perjalanan 400 tahun menuju Alpha Centauri, sistem bintang terdekat dari Tata Surya kita.
Ringkasan
- Chrysalis adalah konsep kapal yang dirancang untuk menopang kehidupan ribuan manusia selama beberapa generasi dalam perjalanan 400 tahun ke Alpha Centauri.
- Berbentuk silinder raksasa sepanjang 58 kilometer, kapal ini menggunakan cangkang interior yang berputar untuk menciptakan gravitasi buatan dan melindungi dari radiasi serta mikrometeoroid.
- Tim desainer meyakini bahwa tantangan utama dari misi ini adalah adaptasi psikologis dan sosial, bahkan menyarankan generasi pertama untuk tinggal di Antartika selama 70-80 tahun sebelum peluncuran.
ALAM semesta ini begitu luas, bahkan untuk mencapai sistem bintang terdekat sekalipun, Alpha Centauri, akan memakan waktu yang melampaui usia manusia. Jaraknya sekitar 4,37 tahun cahaya, atau lebih dari 40 triliun kilometer.
Dengan teknologi saat ini, perjalanan ke sana bisa memakan waktu puluhan ribu tahun. Ide inilah yang melahirkan konsep "kapal generasi" (generational ship) sebuah bahtera antariksa mandiri yang menjadi rumah bagi komunitas manusia selama berabad-abad.
Konsep ini diuji dalam sebuah kompetisi bernama Project Hyperion, yang menantang para ilmuwan untuk merancang kapal yang mampu membawa manusia dalam perjalanan minimal 250 tahun.
Tim pemenang dari Italia melangkah lebih jauh dengan Chrysalis, sebuah desain yang ambisius namun sangat mendetail untuk perjalanan 400 tahun ke Alpha Centauri.
Dari luar, Chrysalis tampak seperti tabung raksasa. Bentuk silinder yang panjang dan sederhana ini dipilih bukan tanpa alasan.
Desain ini bertujuan untuk meminimalkan area depan kapal, sehingga mengurangi risiko kerusakan akibat tabrakan dengan debu antariksa dan batuan kecil (mikrometeoroid) serta mengurangi tekanan struktural saat kapal melakukan akselerasi dan deselerasi.
Salah satu tantangan terbesar hidup di luar angkasa dalam waktu lama adalah ketiadaan gravitasi, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius. Untuk mengatasi ini, Chrysalis menggunakan cangkang interior yang berputar.
Putaran ini menciptakan gaya sentrifugal yang mensimulasikan gravitasi bumi. Semakin besar kapal, semakin lambat putaran yang dibutuhkan, sehingga lebih nyaman bagi penghuninya.
Ini juga menghindari perbedaan gravitasi drastis antara kepala dan kaki yang bisa membuat pusing.
Untuk membangun struktur raksasa yang beratnya mencapai 2,4 miliar ton dan panjang 58 kilometer ini, tim mengusulkan agar konstruksi dilakukan di Titik Lagrange 1 (L1) antara Bumi dan Bulan.
Titik Lagrange adalah lokasi di angkasa di mana gaya gravitasi dari dua benda langit besar (dalam hal ini Bumi dan Bulan) seimbang.
Ini menjadikannya "tempat parkir" yang ideal di luar angkasa, memungkinkan wahana untuk tetap berada di posisi yang stabil dengan konsumsi bahan bakar minimal. Konstruksinya diperkirakan memakan waktu 20-25 tahun.
Tim desainer Chrysalis sadar betul bahwa tantangan terbesar dari misi ini bukanlah soal teknis, melainkan manusia itu sendiri.
Keputusan untuk meninggalkan Bumi selamanya dapat menimbulkan dampak psikologis yang luar biasa. Oleh karena itu, mereka menekankan pentingnya membuat para penghuni merasa menjadi bagian dari sebuah perjalanan suci dan epik bagi kemanusiaan.
Sebagai persiapan, tim bahkan menyarankan agar generasi pertama penghuni kapal menghabiskan 70 hingga 80 tahun hidup di Antartika.
Tujuannya adalah untuk mengadaptasi masyarakat tersebut dengan kehidupan di lingkungan yang terisolasi dan keras, sebelum memulai isolasi total di luar angkasa.
Ada kemungkinan menarik yang diungkapkan oleh tim. Bisa jadi generasi mendatang yang lahir dan besar di Chrysalis akan terbiasa dengan kehidupan di luar angkasa sehingga prospek mendarat di planet baru terasa asing atau tidak relevan.
"Mereka akan menjadi makhluk kosmos—garis evolusi baru di luar angkasa, yang terbentuk melalui simbiosis antara manusia, teknologi canggih, kecerdasan buatan, dan dunia maya dalam biosfer yang terbatas," tulis tim tersebut.
Pada akhirnya, Chrysalis bukan hanya sekadar lingkungan fisik, tetapi juga sebuah ruang kognitif di mana manusia, robot, dan kecerdasan buatan berbagi informasi, pengalaman, dan proses pengambilan keputusan.
Meskipun masih berupa konsep, desain visioner ini memberikan gambaran menarik tentang masa depan umat manusia jika kita suatu saat nanti harus meninggalkan Tata Surya.
Disadur dari IFL Science.

إرسال تعليق