Bahkan Balita pun Bisa Merasakan Emosi dari Musik

Sebuah studi terbaru menemukan bahwa anak-anak usia tiga tahun sudah mampu mengenali emosi dalam musik, bahkan tanpa lirik. 


Sebuah studi terbaru menemukan bahwa anak-anak usia tiga tahun sudah mampu mengenali emosi dalam musik, bahkan tanpa lirik. qIlustrasi dibuat oleh AI.


Ringkasan 

  • Anak prasekolah lebih mudah mengenali emosi dari musik berenergi tinggi seperti bahagia dan takut.
  • Anak dengan tingkat empati rendah cenderung lebih sulit mengenali emosi tertentu, terutama yang positif dan berenergi rendah.
  • Paparan musik beragam sejak dini dapat membantu anak lebih terampil memahami emosi.


BALITA bisa membedakan apakah musik terdengar bahagia, sedih, tenang, atau menyeramkan. Kemampuan tersebut akan meningkat seiring bertambahnya usia.


Penelitian yang dilakukan Rebecca Waller dan tim di University of Pennsylvania ini melibatkan 144 anak prasekolah. 


Mereka diuji menggunakan potongan musik instrumental selama lima detik tanpa lirik. Setiap anak diminta memilih wajah yang mewakili emosi musik tersebut, bahagia, sedih, tenang, atau takut.


Hasilnya cukup mencengangkan. Rata-rata akurasi mereka mencapai 36 persen, lebih tinggi daripada peluang acak 25 persen. Anak-anak yang lebih tua di kelompok prasekolah cenderung memiliki akurasi lebih tinggi. 


Menariknya, musik dengan energi tinggi seperti lagu bernuansa bahagia atau takut lebih mudah dikenali dibanding musik tenang atau sedih.


Namun, penelitian ini juga menemukan bahwa anak-anak dengan sifat callous-unemotional atau kurang berempati menunjukkan kinerja yang lebih rendah, terutama untuk musik positif berenergi rendah (misalnya nada tenang). 


Sementara pengenalan rasa takut tidak terlalu terpengaruh. 


Temuan ini selaras dengan studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa sifat kurang peka emosi bisa berhubungan dengan kesulitan mengenali ekspresi emosi pada wajah dan peningkatan risiko perilaku agresif atau melanggar aturan di kemudian hari.


Dalam musik tonal Barat, nada mayor umumnya terdengar ceria, sedangkan minor terdengar muram. Dalam studi ini, anak-anak lebih akurat saat mendengar musik dengan nada mayor. 


Sementara tempo, surprisingly, tidak terlalu memengaruhi akurasi.


Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa di usia lima hingga sebelas tahun, anak makin mahir mencocokkan musik dengan kategori emosi. 


Hal ini membuka peluang bagi orang tua dan pendidik untuk menggunakan musik sebagai media pembelajaran emosi sejak dini. 


Menurut para peneliti, paparan musik yang bervariasi, mulai dari tempo, tangga nada, hingga genre lintas budaya, dapat memperkaya kemampuan anak menangkap petunjuk emosional dari musik.


Menariknya, tidak hanya musik bisa mengomunikasikan emosi, tapi juga membangkitkan emosi pendengarnya. 


Studi lain pada anak usia lima hingga enam tahun menemukan bahwa anak dengan empati tinggi cenderung merasakan emosi musik (terutama musik sedih) lebih kuat.


Lebih luas lagi, aktivitas musik bersama—seperti bernyanyi atau menari—dapat mempererat hubungan sosial lewat sinkronisasi gerak dan pelepasan endorfin


Para peneliti berharap riset lanjutan bisa menguji kelompok anak dengan sifat kurang peka emosi yang lebih tinggi, serta mengeksplorasi fitur musik lain di luar nada, tempo, dan energi.


Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Child Development


Disadur dari Earth.com 


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama