Orang Kini Berjalan Lebih Cepat, Tak Ada Basa-basi di Ruang Publik

 Pejalan kaki di kota besar di AS kini berjalan 15% lebih cepat dibandingkan tahun 1980. Tak hanya itu, mereka juga cenderung lebih jarang berhenti atau nongkrong di ruang publik. 


Pejalan kaki di kota besar di AS kini berjalan 15% lebih cepat dibandingkan tahun 1980. Tak hanya itu, mereka juga cenderung lebih jarang berhenti atau nongkrong di ruang publik.Ilustrasi dibuat oleh AI,


Ringkasan 

  • Kecepatan jalan kaki di kota besar di AS naik 15% sejak 1980.
  • Waktu nongkrong atau berhenti di ruang publik turun 14%.
  • Ruang publik kini lebih sering dipakai sebagai jalur lewat, bukan tempat interaksi.


KEHIDUPAN kota sering digambarkan sebagai cepat dan sibuk. Tapi sekarang, ungkapan itu bukan cuma metafora. 


Setidaknya menurut studi berjudul Exploring the social life of urban spaces through AI yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences.


Para peneliti menggunakan video lawas dari tahun 1980-an dan membandingkannya dengan rekaman 2010 dari lokasi yang sama di tiga kota besar AS: Boston, New York, dan Philadelphia.


Rekaman lama berasal dari arsip William Whyte, seorang urbanis terkenal yang mendokumentasikan dinamika ruang publik. 


Dengan bantuan AI dan computer vision, para peneliti membandingkan perilaku orang-orang di ruang publik dari dua masa yang berbeda.


Hasilnya cukup mencolok, pejalan kaki sekarang lebih cepat dan cenderung tidak berhenti lama. Tahun 1980, publik terlihat saling melirik, berbincang, bahkan membentuk kelompok spontan. 


Namun di 2010, ruang publik terlihat lebih “sepi interaksi.” Jumlah orang yang membentuk kelompok turun dari 5,5% menjadi hanya 2%. Sebagian besar orang lewat begitu saja.


Menurut Carlo Ratti dari MIT Senseable City Lab, hal ini menunjukkan bahwa ruang publik kini lebih berfungsi sebagai “koridor lalu lintas” daripada tempat berkumpul. 


Masyarakat mungkin masih bersosialisasi, tapi mereka lebih memilih melakukannya di tempat pribadi, seperti kafe berpendingin udara, bukan di trotoar yang panas dan bising.


Tak heran, Starbucks dan kafe-kafe lain disebut sebagai salah satu penyebabnya. Tahun 1980, tempat ngopi modern nyaris belum ada. Kini, orang lebih memilih janji temu di tempat yang nyaman ketimbang berdiri lama di taman kota.


Faktor lain yang turut memengaruhi, ponsel pintar. Interaksi yang dulu terjadi secara spontan di ruang publik, sekarang diawali lewat chat dan pesan teks. Ketemuan bukan lagi hasil kebetulan di jalan, tapi hasil janjian.


Meski begitu, tak semua aspek berubah. Studi ini menemukan bahwa persentase orang yang berjalan sendirian hampir sama antara tahun 1980 dan 2010, sekitar 67-68%. 


Namun, ruang publik tetap mengalami transformasi besar sebagai ruang sosial.


Para peneliti sekarang memperluas studi ini ke 40 alun-alun kota di Eropa, untuk melihat apakah tren yang sama juga terjadi di luar AS. 


Tujuannya? 


Menemukan kembali cara agar ruang publik tetap hidup sebagai tempat pertemuan, bukan sekadar lorong jalan kaki.


Disadur dari Phys.org. 


Post a Comment

أحدث أقدم