Bukan Gim, Seratusan Robot Cukup Dikendalikan Seorang untuk Misisi Militer

Para peneliti menguji apakah satu orang dapat memimpin kawanan robot yang terdiri dari pesawat nirawak dan kendaraan darat dalam misi yang rumit.


Para peneliti menguji apakah satu orang dapat memimpin kawanan robot yang terdiri dari pesawat nirawak dan kendaraan darat dalam misi yang rumit.    Gambar ilustrasi dibuat AI/Pikaso/FreepikGambar ilustrasi dibuat AI/Pikaso/Freepik


Ringkasan: 

  • Penelitian DARPA menunjukkan bahwa satu orang dapat mengendalikan seratusan  robot.
  • Dua operator manusia yang terlatih mengendalikan robot dalam serangkaian misi militer simulasi.
  • Misi tersebut melibatkan pengendalian drone, kendaraan darat, dan pengelolaan ribuan bahaya.


ngarahNyaho - Kawanan robot otonom, yang mampu mengoordinasikan dan melaksanakan tugas-tugas yang rumit, merupakan visi futuristik yang dengan cepat menjadi kenyataan. 


Namun, meskipun sistem ini semakin canggih, robot-robot itu masih bergantung pada pengawasan manusia. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: Berapa banyak robot yang dapat dikelola oleh satu orang sebelum kewalahan?


The Defense Advanced Research Projects Agency’s (DARPA), badan penelitian di Kementerian Pertahanan AS, khawatir petugas kewalahan lantaran terlalu banyak menangani pasukan robot. 


Jadi, DARPA ingin melihat apakah manusia dapat secara efektif mengawasi kawanan robot heterogen yang terdiri dari lebih dari 100 robot, bahkan dalam skenario dunia nyata yang menantang. 


Meskipun ada saat-saat kelebihan beban yang singkat, operator manusia berhasil mengelola tugas secara keseluruhan.


Memainkan gim strategi dalam kehidupan nyata


Penelitian ini dipimpin oleh Julie A. Adams, direktur asosiasi penelitian di Institut Robotika Kolaboratif dan Sistem Cerdas Universitas Negeri Oregon. 


Penelitian ini dilakukan di bawah program Taktik Berkemampuan Serangan Sekumpulan Robot (OFFSET) DARPA, yang bertujuan untuk mengeksplorasi kemampuan gerombolan robot dalam skenario taktis yang kompleks. 


Ini seperti mengendalikan unit dalam gim komputer strategi waktu nyata, kecuali dalam kehidupan nyata.


Dua pengendali manusia bergantian terlibat dalam serangkaian misi tiruan militer. Mereka bukanlah pemula — operatornya terlatih dengan baik dan memiliki pengalaman sebelumnya. 


Mereka bergantian bertugas selama 1,5 hingga 3 jam per hari. Misi terbesar melibatkan 110 drone, 30 kendaraan darat, dan hingga 50 kendaraan tambahan.


Misi tersebut mengharuskan pengendali manusia untuk menetapkan tugas, menavigasi rekonstruksi lingkungan virtual, dan mengelola respons gerombolan terhadap ribuan bahaya.


Bahaya-bahaya ini, yang diwakili oleh kode QR yang disederhanakan, menambah lapisan-lapisan kompleksitas—beberapa memerlukan koordinasi beberapa robot, sementara yang lain bergerak secara dinamis di seluruh lingkungan.


Para peneliti tidak hanya memantau seberapa baik operator menyelesaikan tugas. Mereka juga memantau variabilitas detak jantung, postur, dan kecepatan bicara mereka. 


Para peneliti mengembangkan sebuah algoritma yang menganalisis semua data ini dan mengidentifikasi kapan operator bekerja terlalu keras dan tidak dapat memenuhi semua tuntutan operasi.


Bukan ukuran kawanan


Teori-teori sebelumnya menyatakan bahwa peningkatan jumlah robot akan secara proporsional meningkatkan beban kerja operator manusia. 


Namun, studi DARPA mengungkapkan bahwa faktor-faktor lain, seperti desain sistem, kompleksitas misi, dan persyaratan tugas, memainkan peran yang lebih signifikan. 


Momen-momen kelebihan beban sering kali dipicu oleh kebutuhan untuk menghasilkan taktik baru atau menilai ulang penugasan tugas, daripada volume robot yang sangat banyak.


"Meskipun estimasi beban kerja komandan kawanan sering kali melewati ambang batas kelebihan beban, komandan kawanan berhasil menyelesaikan misi, sering kali dalam kondisi operasional yang menantang. 


Hasil yang disajikan menunjukkan bahwa satu orang manusia dapat mengerahkan 100 robot heterogen untuk menjalankan misi di dunia nyata.


Adams dan timnya kini mencoba menyelidiki faktor-faktor apa saja yang dituntut oleh operator. 


Sementara DARPA tertarik pada aplikasi militer, salah satu aplikasi yang paling menjanjikan untuk jenis penelitian ini sebenarnya adalah untuk bantuan bencana. 


Manusia dapat mengoperasikan sekumpulan robot di lingkungan berbahaya yang dapat membahayakan nyawa manusia. 


Misalnya, mereka dapat mengoordinasikan pesawat nirawak, robot inspeksi, dan kendaraan lain dalam kebakaran hutan, mengidentifikasi titik panas, dan mengarahkan sumber daya ke area yang paling membutuhkannya.


Untuk saat ini, kuncinya terletak pada perancangan sistem yang menyeimbangkan masukan manusia dengan kemampuan otonom. 


Dengan penelitian lebih lanjut, kita dapat melihat sekumpulan robot beroperasi dengan cara yang dulunya hanya ada dalam dunia fiksi ilmiah, semuanya di bawah bimbingan tetap dari satu pengendali manusia.


Hasil studi tersebut telah dipublikasikan di IEEE Explore. |Sumber: ZME Magazine


Post a Comment

أحدث أقدم