Catatan Romawi Kuno Tak Salah, Perempuan Celtic Berkuasa di Inggris pada Zaman Besi

Banyak sejarawan yang tak terlalu menganggap catatan bangsa Romawi kuno tentang dominasi perempuan di Inggris di masa lampau, namun hasil studi terbaru menyingkap faktanya. 


Banyak sejarawan yang tak terlalu menganggap catatan bangsa Romawi kuno tentang dominasi perempuan di Inggris di masa lampau, namun hasil studi terbaru menyingkap faktanya.     Gambar ilustrasi dibuat oleh AI/Pikaso/FreepikGambar ilustrasi dibuat oleh AI/Pikaso/Freepik


Ringkasan: 

  • Analisis DNA 2.000 tahun menunjukkan perempuan memegang peran penting di Inggris pada Zaman Besi.
  • Perempuan memiliki kekuasaan politik, militer, dan sosial.
  • Masyarakat matrilineal (garis keturunan ibu) ditemukan di beberapa situs pemakaman di Inggris.


ngarahNyaho - Ketika bangsa Romawi pertama kali memasuki Kepulauan Inggris, mereka menemukan wilayah yang diperintah oleh prajurit dan perempuan berstatus tinggi. 


Para sejarawan modern cenderung tidak mempercayai catatan Romawi kuno ini sebagai sesuatu yang dilebih-lebihkan dan tidak akurat, namun hasil analisis DNA menunjukkan bahwa perempuan benar-benar mendominasi di Inggris prasejarah.


Gagasan bahwa masyarakat kuno ini mungkin berpusat pada perempuan didukung oleh temuan di pemakaman Celtic di Dorset, Inggris selatan, tempat suku yang dikenal sebagai Durotriges tinggal dari sekitar 100 SM hingga 100 M. 


Di situs-situs ini, pemakaman perempuan biasanya berisi barang-barang kuburan yang paling mewah, yang menunjukkan bahwa wanita mungkin telah memegang posisi politik, militer, dan pengaruh sosial.


Berdasarkan penemuan-penemuan sebelumnya, para peneliti kini telah mengurutkan DNA dari 55 orang dari situs pemakaman Durotrigian di Winterborne Kingston, bersama dengan dua orang lagi dari pemakaman terdekat lainnya. 


Untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana masyarakat kuno ini terstruktur, para penulis studi menganalisis tingkat keragaman dalam DNA mitokondria, yang hanya diwarisi dari ibu, serta kromosom Y, yang diturunkan dari ayah ke anak lelaki.


Kedua bagian genom ini karenanya dapat digunakan untuk melacak silsilah ibu dan ayah seseorang.


Hasilnya mengungkapkan bahwa lebih dari dua pertiga dari mereka yang dimakamkan di Winterborne Kingston merupakan keturunan dari satu garis keturunan ibu yang sebelumnya tidak diketahui.


“Kami merekonstruksi pohon keluarga dengan banyak cabang yang berbeda dan menemukan bahwa sebagian besar anggota menelusuri garis keturunan ibu mereka, yang hidup berabad-abad sebelumnya,” jelas penulis studi Dr Lara Cassidy.


“Sebaliknya, hubungan melalui garis ayah hampir tidak ada,” sebagaimana dibuktikan oleh tingkat keragaman kromosom Y yang tinggi di antara para pria di pemakaman tersebut. 


Temuan semacam itu menunjukkan bahwa semua pria ini berasal dari tempat lain, sementara para wanitanya adalah penduduk setempat.


"Ini memberi tahu kita bahwa para suami pindah untuk bergabung dengan komunitas istri mereka setelah menikah, dengan tanah yang berpotensi diwariskan melalui garis keturunan perempuan," kata Cassidy. 


Pengaturan semacam itu dikenal sebagai matrilokalitas, dan berbeda dengan masyarakat patrilokal yang hingga kini dianggap sebagai norma di sebagian besar prasejarah.


"Ini adalah pertama kalinya sistem jenis ini didokumentasikan dalam prasejarah Eropa dan memprediksi pemberdayaan sosial dan politik perempuan," imbuh Cassidy.


"Hal ini relatif jarang terjadi di masyarakat modern, tetapi mungkin tidak selalu demikian."


Karena penasaran seberapa luas masyarakat matrilokal mungkin ada di dunia kuno, para peneliti kemudian memeriksa genom individu dari 156 pemakaman di seluruh Eropa, yang mencakup dari Neolitikum hingga Zaman Besi. 


Yang menarik, mereka menemukan bukti matrilokalitas di enam situs berbeda, semuanya dari Inggris pada Zaman Besi.


"Di seluruh Inggris, kami melihat pemakaman yang sebagian besar individunya merupakan keturunan ibu dari sekelompok kecil nenek moyang perempuan," jelas penulis studi Profesor Dan Bradley. 


"Di Yorkshire, misalnya, satu garis keturunan ibu yang dominan telah terbentuk sebelum tahun 400 (SM). Yang mengejutkan kami, ini adalah fenomena yang tersebar luas dengan akar yang dalam di pulau itu."


Dengan melengkapi semuanya, para peneliti mengatakan temuan mereka memberikan kredibilitas pada kisah-kisah yang diceritakan oleh orang-orang seperti Julius Caesar dan penulis Romawi lainnya. 


Menurut laporan ini, penguasa Inggris paling awal adalah wanita, termasuk ratu prajurit legendaris Boudicca dan Cartimandua, yang keduanya mengalahkan sebagian besar orang Romawi pada abad pertama Masehi.


Hasil studi Cassidy dan rekan-rekannya itu diterbitkan dalam jurnal Nature. |Sumber: IFL Science


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama