Perubahan Iklim Bikin Makanan Lebih Cepat Basi

Perubahan iklim bukan cuma bikin cuaca makin panas atau es di kutub mencair. Makanan kita jadi lebih cepat basi dan berbahaya. 


Perubahan iklim bukan cuma bikin cuaca makin panas atau es di kutub mencair. Makanan kita jadi lebih cepat basi dan berbahaya.     Foto Ilustrasi: FreepikFoto Ilustrasi: Freepik


Ringkasan:

  • Perubahan iklim mempercepat pembusukan makanan, memperbesar risiko penyakit bawaan makanan akibat panas ekstrem, banjir, dan kelembaban tinggi.
  • Bakteri seperti salmonella, E. coli, dan Bacillus cereus tumbuh lebih subur dalam kondisi iklim yang semakin ekstrem, menyebabkan jutaan kasus keracunan makanan setiap tahun.
  • Solusi butuh edukasi, perubahan kebiasaan, dan infrastruktur sanitasi, termasuk penggunaan air bersih untuk irigasi dan perbaikan sistem penyimpanan makanan.


SETIAP tahun, sekitar 600 juta orang di seluruh dunia jatuh sakit karena penyakit bawaan makanan — dan angka ini terus membengkak seiring suhu Bumi yang makin panas.


Salah satunya dialami Sumitra Sutar, seorang nenek 75 tahun di Maharashtra, India. Lima tahun lalu, ia seperti biasa makan nasi dan kari lentil sisa. Tapi kali ini, ia muntah sampai 15 kali dalam sehari. 


Dokter menemukan penyebabnya: bakteri Bacillus cereus. Bakteri itu makin mudah berkembang biak dalam makanan sisa akibat suhu panas ekstrem.


Suhu Panas Mempercepat Kerusakan Makanan


Penelitian menunjukkan bahwa kenaikan suhu 1°C saja meningkatkan risiko penyakit akibat bakteri seperti salmonella dan campylobacter hingga 5 persen. 


Panas ekstrem mempercepat perkembangbiakan bakteri di makanan, banjir mencemari ladang dengan kotoran dan limbah, dan kelembapan tinggi memicu tumbuhnya kuman berbahaya pada sayur-sayuran mentah seperti selada.


Di desa Sumitra, suhu musim panas sekarang sering melewati 43°C. Tak heran, kasus keracunan makanan melonjak drastis. 


Menurut ahli, bakteri seperti E. coli, salmonella, dan listeria tumbuh lebih cepat dalam daging, produk susu, seafood, dan bahkan sayuran segar.


Banjir dan Limbah Jadi Ancaman Baru


Banjir bukan cuma soal rumah kebanjiran. Air bah membawa kotoran hewan dan manusia ke ladang dan irigasi. Ini berarti sayur yang kita makan bisa tercemar bakteri tanpa kita sadari. 


Bahkan, menurut studi dari Jerman, penggunaan air limbah untuk irigasi — solusi di tengah krisis air bersih — bisa membawa risiko tambahan kalau air itu tidak diolah dengan benar.


Sekali patogen menempel pada tanaman dan masuk lewat akar, mencucinya saja tidak cukup untuk membersihkan. Maka, makanan segar yang dulu terasa aman, kini butuh perlakuan ekstra hati-hati.


Edukasi, Infrastruktur, dan Perubahan Kebiasaan


Para tenaga kesehatan seperti Padmashri Sutar, menantu Sumitra, kini sibuk mengedukasi warga. 


Mereka mengajarkan pentingnya memasak air, membersihkan wadah air setelah banjir, dan menghindari menyimpan makanan sisa terlalu lama. 


Banyak keluarga mulai masak dalam porsi kecil dan membeli sayur secukupnya saja.


Para ahli menekankan pentingnya meningkatkan pengawasan keamanan pangan, memperkuat infrastruktur sanitasi, serta melakukan riset untuk menemukan cara baru membersihkan makanan dan gudang dari kontaminasi.


Jadi, perubahan iklim bukan cuma soal lingkungan, ini juga soal apa yang masuk ke piring kita, dan bagaimana itu bisa membahayakan kesehatan kita.


Seperti kata Sumitra, "Perhatikan bukan cuma cuacanya, tapi juga isi piringmu."***


Sumber: Artikel asli dari Live Science: Climate change is spoiling food faster, making hundreds of millions of people sick around the world


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama