Penampilan fisik ternyata bukan satu-satunya faktor yang membuat pria tampak menakutkan.
Ringkasan
- Gaya berjalan dengan bahu terbuka dan tubuh berayun membuat pria tampak lebih dominan.
- Penilaian tentang “kekuatan” dapat terbentuk hanya dari gerakan, tanpa melihat ukuran tubuh.
- Otak manusia secara otomatis membaca sinyal ancaman melalui pola gerak tubuh.
SEBUAH studi dari Northumbria University mengungkap bahwa gaya berjalan, terutama gerakan bahu dan ayunan tubuh, dapat membuat pria bertubuh kecil terlihat sama dominannya dengan pria bertubuh besar.
Artinya, ukuran tubuh bisa kalah pengaruh dibanding cara seseorang melangkah.
Bayangkan kamu sedang berjalan di tempat parkir yang sepi. Di kejauhan, seseorang melangkah ke arah Anda. Dalam sepersekian detik, otak menilai apakah orang itu berbahaya atau tidak—tanpa Anda sadari.
Menurut penelitian dari Northumbria University yang dipublikasikan di Scientific Reports, cara berjalan seseorang bisa memberi sinyal tentang kekuatan fisik dan dominasi, bahkan tanpa melihat wajah, tinggi badan, atau ototnya.
Penelitian ini menggunakan teknologi 3D motion capture untuk merekam 52 pria yang berjalan secara alami.
Kemudian, 137 peserta diminta menilai seberapa “dominan” tampilan tiap gaya berjalan tersebut, hanya berdasarkan gerakan tubuh.
Hasilnya mencengangkan: pria kecil yang berjalan dengan bahu melebar dan tubuh berayun mantap dinilai sama menakutkannya dengan pria besar yang berjalan santai.
Dua pola gerak yang paling memengaruhi persepsi dominasi adalah “sway” (ayunan tubuh dari sisi ke sisi) dan “shoulder abduction” (bahu terbuka menjauh dari dada).
Kombinasi keduanya memberi kesan tubuh besar dan percaya diri—seolah berkata, “Aku bisa mengalahkanmu.”
Namun yang menarik, sinyal ini bekerja bahkan ketika ukuran tubuh disamarkan. Dalam eksperimen, para peneliti menampilkan video berbentuk avatar tanpa detail fisik—semua tokoh tampak sama tinggi dan tanpa wajah.
Meski begitu, para pengamat tetap bisa menilai mana yang lebih “kuat” hanya dari gerakannya. Ini menunjukkan bahwa otak manusia berevolusi untuk membaca ancaman lewat gerakan, bukan cuma dari bentuk tubuh.
Secara evolusioner, kemampuan ini masuk akal. Lelaki di masa purba perlu mengenali potensi bahaya dari jauh agar bisa menghindari perkelahian yang fatal.
Bahkan, anak kecil pun bisa mengenali siapa yang “lebih kuat” hanya dari cara seseorang bergerak.
Studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa manusia mampu menebak jenis kelamin, suasana hati, hingga kepribadian seseorang hanya dari “titik-titik cahaya” yang mewakili gerakan tubuh.
Fenomena tersebut disebut biological motion perception. Demikian menurut studi dari Blake & Shiffrar di tahun 2007.
Yang lebih mengejutkan lagi, penelitian ini menemukan bahwa pria yang benar-benar agresif justru berjalan lebih stabil dan tidak banyak berayun.
Hal ini masuk akal secara praktis: jika seseorang berniat berkelahi, keseimbangan tubuh jauh lebih penting daripada gaya.
Artinya, gaya berjalan yang tampak “sombong” atau “gagah” bisa jadi justru milik mereka yang tidak ingin benar-benar bertarung—melainkan sekadar memberi sinyal untuk menghindari pertarungan.
Peneliti juga menyoroti kemungkinan bahwa pria bertubuh kecil mungkin secara tidak sadar menyesuaikan gaya jalannya untuk tampak lebih dominan.
Ini mirip strategi alam seperti ikan buntal yang menggembungkan tubuhnya agar terlihat menakutkan.
Namun, jika “sandi” ini terlalu sering dipakai, bisa jadi orang lain akan belajar untuk mengabaikannya—menjadikan sinyal dominasi lewat gaya berjalan kurang efektif.
Dalam dunia nyata, tentu banyak faktor lain yang memengaruhi kesan kekuatan seseorang: ekspresi wajah, suara, konteks sosial, bahkan pakaian.
Namun penelitian ini memperlihatkan betapa kuatnya peran gerak tubuh dalam komunikasi nonverbal manusia.
Otak kita membaca pola-pola kecil seperti ayunan bahu dan irama langkah sebagai isyarat evolusioner tentang siapa yang patut diwaspadai.
Jadi, lain kali Anda berjalan di jalanan sepi dan ingin tampak lebih percaya diri, mungkin tak perlu membusungkan dada berlebihan—cukup ayunkan bahu sedikit lebih lebar dan melangkah dengan ritme mantap.
Siapa tahu, otak orang lain langsung membaca sinyal, “Pria ini bukan lawan yang mudah.”
Disadur dari StudyFinds.

Posting Komentar