Peneliti dari Australia menemukan bukti manfaat dari senyawa yang ada pada ganja untuk meningkatkan kualitas tidur.
(Foto Ilustrasi: rawpixel.com/Freepik)
Disclaimer: Penggunaan ganja, termasuk untuk pengobatan, dilarang di Indonesia, seperti tercantum dalam UU Narkotika No. 35 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa ganja termasuk ke dalam narkotika golongan 1.
ngarahNyaho - Untuk pertama kalinya, terdapat bukti ilmiah bahwa komponen tanaman ganja yang lebih kecil dan kurang dikenal – cannabinol – memberikan kualitas tidur yang lebih baik dan lebih lama.
Para peneliti Lambert Initiative di Universitas Sydney memberikan bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa akumulasi cannabinol (CBN) pada tanaman lebih tua memiliki efek merangsang tidur.
Itu adalah senyawa kecil dalam tanaman, dan jauh lebih sedikit dipahami dan dipelajari dibandingkan tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD).
“Selama beberapa dekade, cerita rakyat tentang ganja menyatakan bahwa ganja yang sudah tua membuat konsumen mengantuk karena penumpukan CBN, namun tidak ada bukti yang meyakinkan mengenai hal ini."
Demikian kata penulis utama pada penelitian yang dipublikasikan di jurnal Neuropsychopharmacology, Jonathon Arnold, profesor dan direktur penelitian praklinis di Lambert Initiative.
“Studi kami memberikan bukti objektif pertama bahwa CBN meningkatkan kualitas tidur, setidaknya pada tikus, dengan memodifikasi pola tidur dengan cara yang bermanfaat,” lanjutnya seperti dikutip dari New Atlas.
Dalam penelitian pada hewan ini, tim memantau pola otak tikus yang sedang tidur untuk secara khusus menilai gerakan mata non-cepat (NREM) dan gerakan mata cepat (REM).
Tidur NREM adalah tahap pemulihan yang penting, juga penting dalam mempertahankan fungsi memori. Tidur REM, tempat terjadinya mimpi, diperlukan untuk pemrosesan emosi dan kesehatan otak.
“CBN ditemukan meningkatkan tidur NREM dan REM, yang menyebabkan peningkatan total waktu tidur, dengan efek yang sebanding dengan obat tidur zolpidem,” kata Arnold.
Zolpidem, yang paling dikenal dengan nama merek Ambien, adalah obat penenang berat yang diketahui menyebabkan perilaku malam hari seperti berjalan dalam tidur dan 'makan dalam tidur'.
Hal ini juga dapat menyebabkan 'kabut otak' dan kantuk di hari berikutnya.
Meskipun molekul 'induk' CBN adalah THC halusinogen, para peneliti menemukan bahwa cannabinoid ini hanya mengaktifkan reseptor cannabinoid CB1 di otak dengan lemah dan tidak menyebabkan keracunan.
Namun hal ini berdampak pada area otak yang terlibat dalam tidur, meningkatkan tidur REM dan non-REM.
“Ini memberikan bukti pertama bahwa CBN memang meningkatkan kualitas tidur dengan menggunakan pengukuran tidur yang obyektif,” kata Arnold.
Seperti yang dicatat oleh para peneliti dalam penelitian tersebut, CBN meningkatkan stabilitas tidur sebagaimana dibuktikan dengan durasi tidur NREM yang lebih lama.
Hal ini, menurut peneliti, penting karena peningkatan stabilitas tidur dikaitkan dengan peningkatan kualitas tidur subjektif."
Temuan menunjukkan bahwa CBN mungkin paling cocok untuk pasien yang sulit tidur atau mengalami insomnia saat bangun di pagi hari. CBN memiliki permulaan tidur yang tertunda namun jauh lebih tahan lama dibandingkan zolpidem.
“Studi kami unik karena kami menyediakan data tentang efek CBN sebagai molekul tunggal,” kata para peneliti.
“Sebagian besar penelitian pada manusia yang menilai efek CBN terhadap tidur menggabungkan CBN dengan fitocannabinoid lain, dan gagal menilai apakah CBN hanya memiliki efek hipnotis.”
Namun demikian, kendati pun nantinya tersedia pengobatan untuk meningkatkan kualitas tidur dengan menggunakan senyawa pada ganja, hal tersebut tak bisa digunakan di Indonesia.
Di negara kita, ganja termasuk ke dalam narkotika golongan 1 seperti tercantum di UU Narkotika No. 35 Tahun 2009. Penggunaannya dilarang, termasuk untuk pengobatan.
Sumber: New Atlas | The University of Sydney
Posting Komentar